Home » » Ternyata Sembilan Wali di Jawa, Ilmu dan Silsilah Keturunannya Berasal Dari Aceh

Ternyata Sembilan Wali di Jawa, Ilmu dan Silsilah Keturunannya Berasal Dari Aceh

Posted by SEJARAH ACEH on Saturday, February 25, 2017

Pada masa Sultan Zainal Abidin Bahrain Syah  berkuasa kira-kira pada 797 H (1395 M), sultan dari kerajaan Islam Samudra Pasai itu, telah mengirimkan serombongan mubaligh Islam di bawah pemimpin Malik Ibrahim, seorang guru besar dari Perguruan Islam di Pasai, ke pulau Jawa, yakni Gresik (Jawa Timur) dengan tujuan mengembangkan agama Islam di Jawa. Malik Ibrahim mendirikan perguruan Tinggi Islam di Gresik dan Ampel. Beliau memulai dakwah pengembangan Islam dan mendidik para santrinya menempuh sistem pondok pesantren. Hingga dengan demikian guru besar ini dipandang sebagai Bapak Pesantren di Jawa dan sekitarnya.
Adapun guru pada perguruan atau pesantren yang beliau dirikan itu pada umumnya berasal dari Pasai. Di antara guru-guru itu ada saudara muda Maulana Malik Ibrahim yang bernama Maulana Ishaq, beliau juga menjadi ulama dan mubaligh Islam seperti abangnya. Perlu kita catat bahwa Maulana Ishaq mempunyai beberapa orang anak, diantaranya dua orang yang amat penting berhubungan dengan kedudukannya di dalam walisanga (sembilan wali). Kedua orang putranya itu ialah Raden Paku atau Sunan Giri yang bernama Syeikh ‘Ainul Yaqin, dan adiknya Sunan Gunung Jati yang nama aslinya Syarif Hidayatullah. Dua orang wali ini bersaudara lain ibu. Sunan Giri dari ibu salah seorang putri Adipati Blambangan, seorang pangeran Majapahit. Sedangkan Sunan Gunung Jati dari ibu seorang putri keturunan bangsawan Quraisy dari Makkah.
Sunan Giri adalah murid dan menantu Sunan Ngampel atau Sunan Ampel yang nama kecilnya adlaah Raden Rahmat. Beliau adalah putra Maulana Malik Ibrahim dari istri beliau yang ibunya keturunan Arab di Campa (Kamboja). Diperkirakan bahwa beliau baru menetap di Jawa pada tahun 1413 M, yakni kurang lebih 12 tahun setelah ayahnya wafat, Maulana Malik Ibrahim. Melihat bahwa Maulana Malik Ibrahim berasal dari Pasai, maka Sunan Ampel adalah anak dari istri Maulana Malik Ibrahim pada waktu beliau di Pasai. Jadi sunan Ampel dilahirkan di Aceh. Dan sebelumnya beliau ke Jawa Timur dan menetap di Ampel, di kota Surabaya, beliau merantau ke Palembang menemui bupati kerajaan Majapahit, bupati Arya Damar yang langsung di-Islamkannya. Disamping itu pula karena ada kaitannya dengan Gresik sebagai salah satu bandar perdagangan yang amat ramai di bawah kemakmuran kerajaan Majapahit.
Sejak kecil Sunan Ampel telah mewarisi kepemimpinan dari orang tuanya, Maulana Malik Ibrahim. Setelah ayahnya wafat, para santri dari ayahandanya ini menyerahkan kepemimpinan pesantren ke Sunan Ampel dan beliau telah berhasil menyebarkan agama Islam dan menanamkan rasa simpati terhadap penguasa Majapahit pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sehingga nama beliau harum sebagai pecinta ketertiban dan kedamaian.
Sunan Drajat yang bernama Raden Qasim, menurut riwayat lain adalah putra Sunan Ampel. Abanya Sunan Bonang nama aslinya Maulana Ibrahim. Sebab Sunan Ampel telah diambil menantu oleh Adipati Tuban (Raja Tuban), Ario Tejo, dan menjadi suami Nyi Gede Manila atau Dewi Condrowati.
Sunan Qudus yang dikenal dengan nama Raden Amir Haji dan dinamakan juga dengan Sy. Ja’far Shiddiq adalah menantu Sunan Bonang dari putri beliau, Dewi Siti Rohil. Karena hubungan Sunan Qudus yang begitu rapat dengan Sunan Bonang, maka ia diambil menantu olehnya, dan ia murid pilihan beliau.
Sunan Kalijaga yang bernama Raden Syahid adalah saudara kandung Nyi Gede Manila, Istri Sunan Ampel. Maka hubungan ipar. Dengan demikian maka Adipati Wiwatikta atau Tumenggung Ario Tejo, yakni ayah Sunan Kalijaga, yang menjadi penguasa daerah pantai utara pulau Jawa sebelah timur di tuban itu, mempunyai anak kandung serta menantu yang keduanya adalah waliyullah, pertalian keluarga antara Sunan Kalijaga dengan Sunan Ampel lebih erat lagi karena Sunan Kalijaga beristri Dewi Siti Sarah, saudara kandung Sunan Guru dan saudara lain ibu dengan Sunan Gunung Jati, ketiganya putra dan putri dari Maulana Ishak adik Maulana Malik Ibrahim ayah Sunan Ampel.
Sunan Gunung Jati, yang ketika mudanya bernama Raden Abdul Qadir yang nama lainnya ialah Syarif Hidayatullah, adalah putra Maulana Ishaq. Dengan demikian maka beliau adalah adik Sunan Giri lain ibu, yakni putri keturunan Quraisy dari Makkah.
Raden Patah adalah seorang santri Sunan Ampel yang paling dekat. Ia lahir tahun 1455 M. Beliau adalah putra Sri Ketabumi, Raja Majapahit terkahir yang memerinta antara tahun 1474-1478 M, saat paling penuh kemelut yang termashyur di Asia Tenggara ini. Jadi beliau adalah seorang Pangeran Majapahit. Beliau memakai gelar Al-Fatah Alamsyah Akbar, raja kerajaan Demak atau Bintoro sebagai suatu kerajaan penerus Majapahit. Beliualah cikal bakal yang menururunkan raja-raja di Jawa hingga sekarang yang memakai gelar Sultan atau Sunan. Meskipun tidak masuk dalam walisanga beliau dianggap sebagai raja muslim saleh yang berjuan untuk kepentingan Islam.
Sunan Muria yang ketika mudanya dikenal dengan nama Raden Prawoto atau Raden Sa’id bin Raden Syahid, beristri Dewi Siti Sujinah, kakak dari Sunan Kudus. Karena itu hubungan keluarga antara Sunan Muria dengan Sunan Kudus adalah saudara ipar. Beliau seorang ahli tasauf dan beliau didampingi oleh putranya Raden Santri. Para wali dan ulama menganggap Sunan Muria sebagai sesepuh yang ‘arif dan sangat dihormati.
Itulah walisanga, yang merupakan ikatan keluarga di antara para wali, yang memperlihatkan kepada kita berapa keberhasilan mereka membangun generasi anak cucu selaku kader-kader penerus untuk kepentingan Islam dan masyarakat. Dan dalam asal-usul kelahiran atau pengembangan agama Islam dalam arti yang luas. Secara langsung ataupun tidak langsung mereka tidak terlepas dari Aceh. 

Sumber : 
Buku Ayah Kami (Abuya Prof. Dr. Tgk. H. Muhibbuddin Waly)

Thanks for reading & sharing SEJARAH ACEH

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Loading...